“RERATA” DAN “STANDART ERROR” DALAM PANDANGAN INTELEKTUALITAS IMAM NAWAWI

Ketika berbicara mengenai “kadar timbangan” beratnya zakat fitrah, Imam Nawawi sempat mengajukan sebuah argumen bahwa hendaknya “berat timbangan” itu disesuaikan dengan “takaran” baghdad yang dipergunakan sebagai tolok ukur “awal” pengeluaran zakat fitrah. Karena dalam hadits disebutkan 1 sha’ saja, maka itu berarti merujuk pada istilah takaran. Sementara itu 1 sha’ terdiri atas berapa mud, dalam hal ini adalah sebuah pendekatan. 

Umumnya dipahami bahwa 1 sha’ adalah setara dengan 4 mud. 1 mud setara dengan 8 rithl Baghdad. Mud dalam makna aslinya menunjuk pada pengertian “cakupan dua telapak tangan”. Nah, persoalannya kemudian, adalah mud itu masuk wilayah “cakupan”-nya siapa? 

Kondisi personal masyarakat itu berbeda-beda menurut nasab kebangsaannya. Ada bangsa yang dihuni oleh personal dengan ciri tinggi besar, sementara tangannya kecil, namun ada juga yang tinggi besar dan tangannya juga besar. Ada juga personal masyarakat yang dihuni oleh komunitas pendek-pendek, seperti masyarakat Asia Tenggara. 

Masyarakat Asia Tengah umumnya tinggi-tinggi. Demikian juga dengan masyarakat Eropa dan yang berasal dari Benua Amerika, semuanya menunjuk pada pribadi yang berbeda, sehingga besar cakupannya (mud) pun berbeda pula. 

Berangkat dari sini, kemudian Imam Nawawi menyampaikan sebuah pandangan dialektis yaitu lebar cakupan tangan yang sedang-sedang saja. Tidak lebar, juga tidak kecil. Itu semua berangkat dari sebuah hadits: 

خير الأمور أوسطها

“Sebaik-baik perkara adalah yang sedang-sedang saja.”

Hadits ini masyhur di kalangan fuqaha’ sehingga kemudian disepakati bahwa kadar “mud” itu adalah milik orang yang tidak terlalu tinggi, dan tidak terlalu rendah, tidak terlalu lebar dan tidak terlalu sempit. 

Dalam realitanya, masyarakat yang dikategorikan sebagai sedang inipun juga memiliki mud yang berbeda, sesuai dengan model lebar tangannya. Untuk itu perlu wasilah lain, yaitu mendekati dengan takaran atau timbangan. Dari sinilah, lahir “rata-rata” (rerata = ẋ) dengan menggunakan riset analisis. 

Tabel di bawah, adalah bagian dari CONTOH hasil pengambilan sampel secara langsung dari beberapa orang yang memiliki lebar tangan berbeda, yang kemudian masing2 berat cakupannya ditimbang dengan neraca ohns. Dari hasil cakupan itu, didapati variasi data berat cakupan sebagaimana disajikan dalam Tabel. 

Rerata yang didapat melalui pendekatan mud dari hasil pengambilan sampel beberapa orang ini nampak adanya variasi. Dan dari hasil pertimbangan variasi data itu bisa diambil sebuah sikap. Sikap yang pertama adalah menyangkut standart 1 sha’. Jika dilihat dari rerata yang ada, maka besaran 1 sha’ bila dikonversi ke dalam kg, adalah senilai 2.73 kg. Adapun “batas bawah toleransi” 1 sha’, disampaikan sebesar 2,48 kg. Sementara itu “batas atas toleransi” 1 sha’ adalah sebesar 2.97 kg. 

Angka-angka ini sangat besar pengaruhnya terhadap keputusan fatwa yang harus disampaikan kepada masyarakat. Jika ditelusuri lebih lanjut, maka rentang zakat yang bisa ditolerir dan bisa dianggap sebagai sah adalah pada kisaran 2,48 kg sampai dengan 2.97 kg. Kurang dari 2,48 diputuskan sebagai tidak sah. Adapun lebih dari 2,97 kg, maka kelebihannya itu bisa diputuskan sebagai harta shadaqah. Sementara masyarakat pada umumnya, dihimbau agar mengeluarkan zakat seberat 2.73 kg. 

Sekali lagi, yang perlu diketahui adalah bahwa model penghitungan ini adalah berasal dari CONTOH SAMPEL VARIATIF SEMATA, dan BUKAN KADAR SENYATANYA BERDASARKAN RISET. Untuk masyarakat Indonesia, khususnya bagi lembaga zakat, kiranya bisa meniru pola perhitungan tersebut. 

Nilai “batas atas toleransi”, diproleh dari hasil penjumlahan rerata + standart error. Sementara itu, nilai “batas bawah toleransi”, diperoleh dari hasil pengurangan rerata – standart error. 

Mengapa standart error yang dipakai? Sebab, standart error merupakan nilai yang menyatakan “rerata besarnya simpangan” antara “data mud satu” dibandingkan dengan “data mud lain”-nya terhadap “nilai rerata”. 

Jika mekanisme di atas, dihitung oleh ulama’ mujtahid yang berbeda, dengan sumber sampel yang berbeda pula, sudah pasti nilai hasilnya juga berbeda pula, apalagi bila standart yang dipergunakan juga berbeda. Misalnya, Imam Hanafi menetapkan standartnya adalah kurma, anggur dan gandum, maka sudah pasti akan berbeda dengan standart yang dipergunakan oleh Imam Maliki, Syafii dan Hanbali yang menetapkan makanan pokok negeri. Karena setiap negeri memiliki jenis makanan pokok yang berbeda-beda. 

Belum lagi, jika rithl yang dipergunakan untuk mendekati kadar mud adalah bukan rithl Baghdad, melainkan rithl milik masyarakat Kufah, tempat tinggalnya Imam Hanafi. Dalam hal ini, ketetapan terhadap besarnya zakat yang dikeluarkan menjadi berbeda-beda menurut timbangan para ulama’ tersebut. Wallahu a’lam bi al-shawab. 

*Muhammad Syamsudin
Peneliti Bidang Ekonomi Syariah - Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur



✅✅✅✅✅✅✅✅✅✅✅✅✅✅✅✅✅✅


-------------------------------------------------
PENDAFTARAN SANTRI BARU
PONDOK PESANTREN AL-IKHLAS 
PATI KOTA
-------------------------------------------------
KLIK 👇 DI SINI
*Alasan Nyantri - Prosedur - Administrasi
--------------------------------------------


Pondok Pesantren Al-Ikhlas Pati Kota
juga memiliki lembaga pendidikan formal (sekolah) yang bernaung di bawah yayasan yang sama :

✅ MA ASSALAMAH PATI ✅
👉 (Program Unggulan: Tahfidzul Quran)
▶️ Selengkapnya...👇 klik 👇


✅ SMK ASSALAMAH PATI ✅
👉 (Program Keahlian: Otomotif & Tata Busana)
▶️ Selengkapnya...👇 klik 👇



----------------------------------------------------------

Baca juga....

Profil Singkat Pesantren 
klik sini

Pendaftaran Santri Baru
 klik sini

Kegiatan Harian Santri

----------------------------------------------------------

Portal #NgajiOnline Kiai Pesantren
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇

(KLIK 👆 dan SUBSCRIBE untuk mendapat update terbaru!)
 GRATIS! GRATIS! GRATIS
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏


“RERATA” DAN “STANDART ERROR” DALAM PANDANGAN INTELEKTUALITAS IMAM NAWAWI “RERATA” DAN “STANDART ERROR” DALAM PANDANGAN INTELEKTUALITAS IMAM NAWAWI Reviewed by MASFADH on 14.02 Rating: 5

1 komentar:

  1. Casinos Near Laurel Station, Laurel Station, MD
    과천 출장샵 Casinos-Near-Leben-Station-Leben 영천 출장마사지 › Casinos-Near-Leben-Station-Leben A map 창원 출장안마 showing casinos and other gaming facilities located near Laurel Station, Maryland in 광양 출장마사지 Laurel, United States, at 거제 출장마사지 Mapyro.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.